Kamis, Mei 21, 2009

Mengapa Saya Nekad Nyopet?

Saya yakin pasti semua orang akan langsung mengamankan barang-barang berharganya, ketika sedang enak-enak duduk di dalam bis lalu mendengar orang berteriak, "awas copet !!"

Dan inipun pernah saya alami dulu ketika saya pulang kampung dari Surabaya ke Pacitan. Saya langsung memindahkan dompet dari saku belakang ke saku depan. Saya ndak mau uang yg saya kumpulkan dengan susah payah hilang di gasak copet. Padahal waktu itu profesi saya juga seorang Pencopet. Hehehe... lha wong copet koq takut sama copet. Iya soalnya saya itu bukan copet betulan. Saya nekad nyopet waktu itu karena sangat terpaksa sekali. Ceritanya begini...

Waktu itu saya masih kelas 2 STM mau naik ke kelas 3. Usaha Ibu (yg menyekolahkan saya) mulai sepi hingga pada akhirnya bangkrut. Semua asetnya di jual. Rumah, mobil, motor semuanya digunakan untuk menutup utang-utangnya. Dan beliau memutuskan pulang ke kampung halamannya. Sedangkan bagaimana nasib saya, saya belum tau waktu itu. Saya ndak mau sekolah saya yg hanya tinggal setahun lagi itu, putus begitu saja. Meskipun SPP sudah nunggak 3 bulan, saya masih tetap nekad melanjutkan sekolah.
Sebulan, saya masih sanggub bertahan, pergi ke sekolah tanpa membawa uang sepeserpun. Berangkat ke sekolah, nggandol bis kota tanpa pernah bisa membayar ongkosnya.
Dua bulan masih tetap bertahan, meskipun tidak pernah bisa menjawab kalo ada teman yg tanya, tadi sarapan lauknya apa? Hfehf... jangankan lauk, nasi saja saya ndak mengenal. Tapi saya ndak pernah putus asa.
Sampai akhirnya saya dipanggil BP karena SPP saya sudah nunggak 5 bulan. 17.500 x 5 = 87.500 dari mana saya dapat uang segitu banyak. Sedangkan untuk makan saja, saya masih harus mengamen di bis kota bersama teman-teman. Sepulang dari sekolah, saya langsung mangkal di Bungurasih bersama teman-teman, menunggu giliran saya naik panggung. Dengan berbekal sebuah gitar buluk hasil menyewa, 2500/setengah hari, saya mengamen dari satu bis kota ke bis kota yg lain.
Dan hasilnyapun saya kumpulkan serupiah demi serupiah. Tapi segetol-getolnya saya mengamen, ternyata hasilnya ndak sebanyak yg saya harapkan. Paling buanter saya mampu mengumpulkan uang 15 ribu. Itupun harus mengamen sampai jam 8 malam. 15 ribu dipotong sewa gitar 2500, bayar pajak keamanan 5000 dan untuk makan 2500. Tinggal 5000 saya masukkan kantong. Itu tadi kalau lancar, kalau lagi sepi ya ndak sampai segitu.
Singkat cerita, akhirnya uang saya sudah terkumpul 35 ribu, lalu paginya saya bayarkan untuk SPP. Dua bulan sudah terbayar. Berarti saya masih nunggak tiga bulan. Kemana lagi saya harus mencari uang?
Akhirnya siang itu sepulang sekolah, dengan pikiran kalut saya berangkat ngamen. Nah dalam perjalanan ke Bungurasih itulah, di dalam bis kota, ketika saya mau naik di depan STM 3, saya ketemu seorang teman sesama. Tiba-tiba saja, teman saya itu memasukkan dompet tebal ke dalam tas sekolah saya. Dia hanya bilang 'titip' dan kemudian dia melompat turun. Lalu sebentar kemudian terdengar suara gaduh dari bagian depan. Copet...! Copet..! Copet..!!
Seorang bapak kehilangan dompetnya. Saya yg kebingungan hanya mampu memandanginya dengan penuh iba. Bapak itu lalu duduk di samping saya sambil memegangi kepalanya... Dia duduk bingung sambil mengumpat gak karuan. Salah seorang penumpang mencoba menenangkan dia. Dia bilang, copetnya sudah turun di depan STM tadi. Dia memakai kaos hitam, berjaket parasit dan topi merah.
Hah?? Itu kan temanku tadi.
Berarti dompet ini??
Keringat dingin saya langsung jatuh bercucuran. Aku ketakutan setengah mati. Kalau ini saya kembalikan pasti saya akan dihajar kanan kiri. Disini nanti pasti saya dihajar karena dikira copetnya. Sedangkan kalo sampe di Terminal, pasti saya dihajar teman saya itu karena sudah mengembalikan dompet itu. Dalam kebingungan itu saya hanya bisa diam menunggu bis kota itu segera sampai di Bungurasih. Sambil sekali-kali mengelap keringat dingin saya.


Bersambung.

Share/Save/Bookmark Subscribe



Related Posts :



34 komentar:

Seti@wan Dirgant@Ra on 21 Mei 2009 pukul 11.03 mengatakan...

dari rumah jeruk mampir disini
ketemu ame temen mantan copet
penasaran ceritenye berakhir disini
semoga sambungannya diposting cepet.

Aku jadi terenyuh mendengar kisahmu sobat, namun apapun alasannya,.... mencopet itu adalah perbuatan nggak benner. Beruntunglah sobat kembali kejalan yang benar. Lebih baik mantan pencopet,.... dari pada mantan Udstad.

Salam kenal and sukses selalu

BlaGabLoGer on 21 Mei 2009 pukul 12.31 mengatakan...

Hm,,, baca ceritanya ikutan tegang juga....

setuju ama yg Seti@wan Dirgant@Ra

Ajeng on 21 Mei 2009 pukul 13.37 mengatakan...

Idem dg 2 orang diatas, lebih baik jadi mantan copet dari pada mantan ustadz..
Ditunggu ceritanya selanjutnya..

buwel on 21 Mei 2009 pukul 14.00 mengatakan...

S7 juga ama bang iwan...ditunggu lanjutannya ya...

partelon on 21 Mei 2009 pukul 18.12 mengatakan...

S7 sama "nunggu"nya, kekekekk...

dwina on 21 Mei 2009 pukul 19.49 mengatakan...

Duh terenyuh ni kang, gimana kelanjutannya
di tunggu ya'
hmmm kalo mo posting award saya biasanya main copas aja. award nya saya copas dari tempat chuank gitu ja kang.
hmmm kalo pake hp saya gak ngerti
coba deh ke kang bi2t dia pake hp juga tuh

setuju ama temen2 mantan copet asal udah insaf itu lebih baik dari mantan ustad

anazkia on 21 Mei 2009 pukul 23.25 mengatakan...

Saya setuju dengan pak Setiawan, beruntunglah ketika menjadi mantan pencopet. Semoga Hidayah Allah selalu menyertai sahabat.

Salam ukhuwah sobat. Saya suka membaca postingan ini. saya follow, biar tahu postingan selanjutnya

riosisemut on 21 Mei 2009 pukul 23.32 mengatakan...

Oooww... gitu ya critanya, lanjuuuuut...

Yup bener bngt apa kata tmen2, mending jd mantan copet dari Pada mantan ustad.
Penasaran ni lanjutannya.

Anonim mengatakan...

Lanjutannya ditunggu...
kan belum bayar th yang 3 bulannya

anazkia on 22 Mei 2009 pukul 08.05 mengatakan...

Lah, ini mbak2 bukan mas2 hehehe...

Gadget and Technology on 22 Mei 2009 pukul 10.23 mengatakan...

serius banget saya mbacanya
suer penasaran banget nie
ditunggu ya

oia kenalan dengan blog baru ya *nyodorin tangan* kok diem ce salaman donk
ditunggu kunjungan balik dan komentarnya terutama dalam tulisan manjakan mata, telinga dan waktu anda dengan samsung LED TV.
awas lho kalao engga berkunjung tak jithak pakai tiang listrik wakakaka *kabuuurr *ngumpet

beat2ws on 22 Mei 2009 pukul 10.50 mengatakan...

Perjuanganmu untuk sekolah luar biasa bro

Chuanx on 22 Mei 2009 pukul 12.56 mengatakan...

wew, salut... perjuangan hidup mas buat sekolah bener2 dipertahankan walau situasi demikian..
Salam kenal, dan ditunggu kelanjutan bersambungnya
Kunjung balik, mau?

nietha on 22 Mei 2009 pukul 13.16 mengatakan...

berani mengakui kesalahan dan berusaha memperbaikinya. salut buat kamu.. salam kenal

Unknown on 22 Mei 2009 pukul 15.20 mengatakan...

Mas..ini fiksi atau kisah nyata
kalo fiksi beneran critanya asyik
kalo kisah nyata, salut
jarang ada yang menceritakan sisi kelam kehidupannya

Kang Sugeng on 22 Mei 2009 pukul 21.16 mengatakan...

@itik : ini asli kisah saya Mbak.
@nietha : saya pengin berubah Mbak Nita.
@chuanx : ya itu memang harus Mas.
@beat2ws : itulah Mas kisah hidup saya.
@eros : alhamdulillah, akhirnya Mas Eros mampir ke tmpt saya juga.
@anazkia : maaf Mbak, sumpah saya ndak tau.
@keboaja ! Iya Mas ditungu aja.
@riosisemut : trimakasih Mas.
@anazkia : trimakasih Mbak Anas.
@dwina : saya sudah diajari Mas Rio, Mbak Dwi. Caranya sangat praktis.
@pastelon, buwel, ajeng, blagabloger : jawaban saya juga sama seperti yg untuk Mas Setiawan berikut ini,
@setiawan : trimakasih Mas, sudah mau mampir. Trimakasih jg untuk sarannya.
Salam kenal juga.

masichang on 22 Mei 2009 pukul 21.32 mengatakan...

hehheee. dinamika anak-anak STM... sobat saya juga mengalami masa-masa STM itu. namun sayangnya saya bukan sebagai copetnya. namun saya selalu menjadi korban copetnya. walau tahu pencopetnya adalah kawan sendiri... huehuehuheue

namun begitu kenapa diakhir kelulusan saya kok malah sedih meninggalkan mereka.

Jhoni20 on 22 Mei 2009 pukul 21.41 mengatakan...

wah ceritanya bagus mas.....salut saya!!!!!

ditunggu ya lanjutannya.....

anazkia on 22 Mei 2009 pukul 22.55 mengatakan...

Mas, aku pinjam namanya di blog untuk posting dikit... :)

Anonim mengatakan...

waahh.. kalo ini cerita beneran, bs jadi pelajaran buat orang2 sekitar.. kadang2 hidup ini banyak cobaan, termasuk mencopet.. tapi tetep.. abis itu tobat dong.. :p

Dwif on 23 Mei 2009 pukul 14.09 mengatakan...

kemarin biarlah kemarin yg terpenting sekarang dan esok...*metuwek mode on*:D

Bani Syahroni on 23 Mei 2009 pukul 19.26 mengatakan...

whuaa, seru2 lanjutin

Cebong Ipiet on 23 Mei 2009 pukul 23.03 mengatakan...

halo kang, diriku lgi onlen trus ngider...

itu kan dulu, kalau di posisi sesulit dirimu diriku paling juga ndak berani ngaku kok mas.

sing penting saiki lhak wes ning dalan sing bener tho. kemiskinan menjadi peluang kejahatan , mugi mugi sukses diparingi rejeki

Kang Sugeng on 24 Mei 2009 pukul 01.21 mengatakan...

@cebong : maturnuwun Mbak Cebong, ternyata sampeyan pengertian buanget orangnya.
@bani biasa : siap Mas.
@dwi : iya benar sekali Mas Dwi.
@ayas : wuaduh.. trimakasih Mas, tapi saya ndak pantas disebut TOP BGT.
@crhysanti : harus itu Mbak
@anazkia : ndak papa Mbak, dipakai saja namaku.
@jhoni : ditunggu saja Mas Jhoni.
@mas ichang : jaman STM memang anaknya ndablek ndablek Mas.
Nuakal kabeh.

dwina on 24 Mei 2009 pukul 08.07 mengatakan...

Kang ada kejutan di pesanggrahannya semut
wis GPL langsung neng omah e yo
win di enteni karo arek-arek

reni on 24 Mei 2009 pukul 09.00 mengatakan...

Ternyata perjuangannya utk tetap bisa sekolah keras juga ? Salut deh !!
Ditunggu lho kelanjutan ceritanya...

IjoPunkJUtee on 24 Mei 2009 pukul 09.16 mengatakan...

DULU adalah masalalu, biarkanlah berlalu.....masih ada masa depan tuk lakukan perbaikan, manusia tidak dinilai dari indah-putihnya masa lalu, tapi kebersihan hati tatkala MATI...

dwina on 24 Mei 2009 pukul 09.23 mengatakan...

buat ijo keren banget kata-kata lo Jo

balik lagi nh keknya ada konslet dikit
facebook yang aku ceritain tuh gak ada di tipi kang....
aku punya ID facebook trus pas ada yang mo daftar jadi temen
dia majangin foto polos a.k.a bugil gitu lho
bukannya di tipi tapi di kompi
hehhehehhe

partelon on 24 Mei 2009 pukul 11.14 mengatakan...

Balik lagi, Mas...
Mmmm... mo komeng apa yak? Met siang ajah...

Eros on 24 Mei 2009 pukul 13.12 mengatakan...

syukurlah sudah insyaf mas. gyaaaaaaaaaa... bukan hanya bakat nyopet, bakat mentalis juga ya hehehe. ketahuan de aku. kok tau ce mas kalao yang pakai nick 'gadget ang teckno' tu blog baru sayah. padahal nick dan link engga tak link ke blog ingateros.com. huebat mas'e ndukun ya xixixi

vie_three on 6 Juni 2009 pukul 12.30 mengatakan...

wah bener2 cerita kehidupan nyata yg bisa menghipnotis saya mas.....

si Rusa Bawean on 20 November 2009 pukul 16.37 mengatakan...

udah 5 tahun ini aku di Bungurasih
moga2 gak jadi copet
apalagi dicopet

nowGoogle.com Adalah Multiple Search Engine Popular on 11 Maret 2010 pukul 10.23 mengatakan...

itu cerita nyata kang ?

Anonim mengatakan...

terusannya mana? *nyari kok ga ketemu?* hehe tegang euyyy

Posting Komentar

[ Full Page Comment Form ]

Maaf... karena banyak SPAMMER, terpaksa saya mengaktifkan MODERASI.
Ini adalah DOFOLLOW BLOG, setiap komen yg kamu tinggalkan, akan menjadi BACKLINK buat URL yg kamu sertakan, so... tinggalkan komen yg sesuai dengan TEMA, jangan NYEPAM..!!
Gunakan Name/URL biar lebih efektif. Jangan lupa pake http:// biar ndak BROKEN LINK.
Komentar APAPUN asal sopan dan punya aturan, PASTI saya terbitkan, KECUALI yg menyertakan LINK, akan langsung saya DELETE..!!

Back to TOP

 

Be A Great Person Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template