Selasa, Desember 01, 2009

Betapa mulianya hatimu, Mama...

Suatu hari... di rumah Eyang Putri (begitulah anakku biasa memanggil Mama), ku lihat Mama tengah bercakap-cakap dengan adik perempuanku satu-satunya yg sudah kian beranjak dewasa. Dari mimik mulut mereka, aku tau pasti mereka sedang membicarakan Papa yg memang jarang pulang akhir-akhir ini. Menurut pengakuannya sih kerja, ya maklumlah Papaku adalah seorang pengusaha Pub dan Resto yg cukup sibuk. Dan Resto Papa kebanyakan ada di luar kota. Jadi dalam sebulan, paling banter Papa pulang hanya tiga sampai empat kali saja. Itupun hanya setengah hari bisa duduk nyantai di rumah bersama kami sedangkan malamnya Papa harus pergi lagi ngurusin Pub dan Karaoke.
Papa selalu menenteng tas laptopnya setiap kali pulang dan turun dari Aerio-nya. Masih mengenakan kemeja lengan panjang dipadu dengan celana kain warna hitam dan sepatu coklat yg mengkilat. Begitulah gambaran setiap kali Papa pulang.

Dengan mata masih setengah nyawa, aku keluar dari kamar, setelah seharian tertidur pulas, kecapekan nyetir dari rumah kami di luar kota sampai ke rumah Mama tanpa ada yg menggantikan. Ku biarkan istri dan anakku melanjutkan tidur siangnya. Di sela-sela almari hias, dari balik tirai kelambu, ku lihat Mama sedang duduk di lantai keramik, memilah-milah baju Papa yg baru saja ia angkat dari tali jemuran. Disampingnya berbaring manja adik cantikku satu-satunya.

"Gak terasa, sudah 18 tahun usiamu, Adikku..." gumamku dalam hati.

"Mama..." dia Ratih namanya, "Mama kenapa sih gak pernah protes ngeliat Papa jarang pulang gitu?"

"Papa kamu lagi kerja Sayang..." sahut Mama tenang.

"Bo'ong..! Ratih ni udah gedhe Ma... uda tau sama hal-hal kayak gituan.."

"Hal-hal kayak gituan gimana maksud kamu??"

"Banyak temen Ratih yg ngeliat Papa sering jalan sama gadis-gadis cantik seumuran Ratih Ma..."

"huss..! Jangan asal bicara ya kamu, kalo Papa denger bisa marah lho.."

"halaaaah... udalah Ma.. Mama gak usah nutup-nutupin lagi.. Ratih udah tau semuanya." sanggah Ratih sambil mencibir.

Ku lihat Mama lalu meletakkan baju yg tengah dipegangnya di atas alas setrikaan dan kemudian menggenggam kedua tangan Ratih erat. Dengan senyum penuh kasih dipandangnya sepasang mata itu dalam-dalam,

"Anakku... ingatlah selalu apa yg hendak Mama katakan ini. Dan ingat itu ketika kelak kamu sudah berumah-tangga dan suami kamu sudah setua Papa. Laki-laki seusia Papa itu, tengah mengalami masa remajanya yg kedua. Dia mulai sedikit kekurangan kepercayaan akan dirinya. Karena itu dia merasa membutuhkan gadis-gadis cantik dan muda di sekelilingnya yg akan selalu memberinya kata-kata pujian dan sanjungan. Yg dianggabnya itu sebagai bukti bahwa dia masih menarik, bahwa dia masih belum tua, bahwa para wanita masih mengejar-ngejar dia."

Mama mengguncang-guncang tangan Ratih pelan dan mengusap anak rambut yg menempel di dahinya.

"Masa itu tidak akan berlangsung lama, Sayang... Bila sudah berlalu, Papa akan kembali lagi pada kita, pada Mama... Dan selama menanti, tidaklah berguna bagi Mama untuk bermuka asam atau menyambutnya dengan palang pintu, sebab itu hanya akan membuatnya lari dari rumah yg dianggabnya sudah jadi seperti neraka. Lebih baik kalo dia dimanjakan dan diberi kesan bahwa dia dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya. Ingat Ratih... tidak ada seorangpun yg tidak tergerak hatinya ketika mendapat perhatian lebih dari orang lain. Percayalah itu. Camkan baik-baik apa yg Mama bilang. Bila suamimu kelak sudah berumur mendekati lima puluh tahun, dan bila dia mulai tertarik lagi pada gadis-gadis cantik, janganlah kamu musuhi dia. Tapi tetaplah berhias yg cantik, sediakan minuman dan makanan yg masih hangat dan bereskan selalu tempat tidurnya. Siapkan baju-baju yg akan dipakainya seperti biasa.
Tutup mata kamu dan tersenyumlah. Tunggu sampai masa itu usai dan setelah semua berlalu, kamu akan merasakan sebuah kenikmatan hidup yg luar biasa. Yaitu ketika suami kamu akhirnya benar-benar kembali. Karena sesungguhnya, Tuhan akan memberikan sesuatu yg lebih pada hamba-Nya yg senantiasa sabar dan tawakal
."

"Mama...." spontan Ratih langsung bangun dan memeluk Mama erat sambil menangis.

Subhanallah... begitu mulianya hatimu Mama..
Dengan begitu bijaknya, Mama menjawab pertanyaan Ratih, membela Papa yg sudah jelas-jelas bersalah, mengkhianati kepercayaan yg Mama berikan. Jujur aku kagum pada kemuliaan hatimu Ma... dan semua apa yg Mama katakan itu benar-benar membuatku tergugah. Aku janji, aku akan berusaha untuk sebisa mungkin mengindari hal itu.
Ya Allah... betulkah semua apa yg Mama katakan itu..? Akankah aku nanti juga seperti itu?? Jangan ya Allah... jangan Kau buat hamba menjauh dari istri dan anak-anak hamba. Hamba sayang banget dengan mereka.#

PS :
Semua kisah di atas hanyalah fiksi semata yg saya tulis karena terinspirasi dari postingan Vie_three, Mama dan Bunda yg di ikutkan dalam Karnaval Blog : Minum Teh Bersama Ibu dari guskar.com
Sedangkan pada kenyataannya, saya ndak pernah punya adik karena saya anak bungsu dan kedua orang tua saya sudah beristirahat dengan tenang di sisi-Nya sejak beberapa tahun silam.
Ini semua hanyalah khayalan masa kecil saya sebagai anak bungsu yg pengin sekali punya seorang adik perempuan.
Andaikan saya anak pertama dan memiliki satu adik perempuan... tinggal di sebuah rumah mewah... mempunyai Papa seorang pengusaha dan Mama yg sangat bijak dan penyabar... hmmm... betapa nikmat dan indahnya hidup ini ya Allah...
Jadi saya ndak perlu bela-belain ngamen, nyopet hanya demi untuk membayar tunggakan SPP, hahaha.... santai aja Bos... jangan terlalu di ambil hati.

Keep spirit and Be A Great Person..!Share/Save/Bookmark Subscribe



Related Posts :



55 komentar:

ateh75 on 1 Desember 2009 pukul 22.20 mengatakan...

Subhanallah betapa bijaknya seorang istri dan seorang ibu ini,seluas apakah hati nya mampu menerima kenyataan dng bijak,sungguh inspiratif ceritanya.

@ Btw,kirain ceritanya kang sugeg sungguhan ternyata hanya fiksi ,tapi hebat kang ceritanya menginspirasi
nice artikel.

Yolizz on 1 Desember 2009 pukul 22.52 mengatakan...

subhanallah itulah istimewanya seorang istri,, seorang ibu... ga ada yang bisa menandingi kayaknya...

papaku udah 50tahunan kang,, tapi untungnya ga gituh,, dan jangan sampe deehh..

Kang Sugeng on 1 Desember 2009 pukul 23.01 mengatakan...

@yoliss : iya jangan sampai kek gitu Yoll...
@ateh75 : hehehehe.... ini murni hanya fiksi buatan saya Teh...

anazkia on 1 Desember 2009 pukul 23.05 mengatakan...

begitu dalam kisahnya.
Penyusunan ceritanya juga keren. Mas Sugeng hebat juga yah nulis? salut mas!

Blogger Admin on 2 Desember 2009 pukul 01.07 mengatakan...

hampir smua yg bc pasti ngira it pengalaman,trmasuk ane kang,tp tyt endak to?ane pngen bls budi ma emak,cz dia ngebesarin ane n brother2 ane sndirian setelah si bokap ganteng ane nikah lg,bhkn istrinya 2,tmbh emak ane ndri jd 3,ahaha..moga ane jg g akan meninggalkan istri ane kelak,amin

RanggaGoBloG on 2 Desember 2009 pukul 01.18 mengatakan...

fiksi atau bukan ceritanya mengalir begitu indah..... keren deh pokoknya... apalagi nilai ceritanya... wuuuuw... seorang istri impian... hehehehehe....

Rosi aja on 2 Desember 2009 pukul 06.12 mengatakan...

meski fikstif, tapi sangat inspiratif, khas tulisan bang sugeng

Clara on 2 Desember 2009 pukul 06.52 mengatakan...

yak ampun....
si wanita itu besar hati banget bisa mikir kek gitu, kalo kebanyakan orang kan pasti udah marah, udah minta cerai aja bawaannya....

keren keren

oh bukan kisah nyata ya?
hihihihi....

namaku wendy on 2 Desember 2009 pukul 07.49 mengatakan...

cilukbaaa..cilukbaaa..
no komen, nyepam yes hehehe
ndak mbayar to kalo mo ngintip ajah:p

-Gek- on 2 Desember 2009 pukul 08.26 mengatakan...

Bagus ya..
gantian saya yang menghanyutkan diri pada rangkaian sungai jernih cerita kang Sugeng.

Saya mau jadi istri yang berhati mulia begitu.. tapi kalo suami kelayapan, *GETOK*
hihihi..

Great post.

Yanuar Catur on 2 Desember 2009 pukul 08.28 mengatakan...

istri dan ibu yang sangat aq dambakan kang ini...hufhh,, menyentuh,, sabara bangettt tuh..

Ivan Rahmadiawan on 2 Desember 2009 pukul 08.31 mengatakan...

Ehm, ak blm bc ampe abz sih (wktx mepet). Tp bgus kok awalx. Nyentuh gt. Smga menang y kang!

Blog ak dah update dr kemaren. Gak liat apa?

Ivan Rahmadiawan on 2 Desember 2009 pukul 08.31 mengatakan...

Ehm, ak blm bc ampe abz sih (wktx mepet). Tp bgus kok awalx. Nyentuh gt. Smga menang y kang!

Blog ak dah update dr kemaren. Gak liat apa?

jhoni on 2 Desember 2009 pukul 09.20 mengatakan...

hm...hm...ini kayaknya ditujukan buat istrinya ya kang...jadi nanti kalo kayak si "papa" ntu kan udah ada alasan......"puber kedua" wkwkwkwkwkw becanda deh kang!!!!

tapi semoga Tuhan selalu menjaga hati saya hanya untuk istri saya!!!!

HB Seven on 2 Desember 2009 pukul 10.13 mengatakan...

mantap nih kang cerita fiksinya....btw..para ibu sungguh berhati mulia.....tidak hanya pada dataran fiksi saja namun dalam dataran realita juga ada kang.....

ani rostiani on 2 Desember 2009 pukul 10.33 mengatakan...

Sebuah kisah yang mengajak pembacanya untuk memandang sisi lain dari sebuah pengkhianatan, yakni kemuliaan hati sang pendamping.
Kisah seperti ini selain membuat pembacanya geram karena kepasrahan si tokoh, dapat juga menginspirasi sebagian orang agar lebih sabar menghadapi persoalan hidup.

Terima kasih, Kang, sudah menulis kisah ini.

annie on 2 Desember 2009 pukul 11.02 mengatakan...

Sebuah kisah yang mengajak pembacanya untuk memandang sisi lain dari sebuah pengkhianatan, yakni kemuliaan hati sang pendamping.
Kisah seperti ini selain membuat pembacanya geram karena kepasrahan si tokoh, dapat juga menginspirasi sebagian orang agar lebih sabar menghadapi persoalan hidup.

Terima kasih, Kang, sudah menulis kisah ini.

Kang Sugeng on 2 Desember 2009 pukul 11.46 mengatakan...

@Anazkia :...hehee.. makasih Mbak Anaz tp saya juga masih belajar ini...
@Aditya's Blogsphere :...amin Kang, sayapun jg berharap demikian
@RanggaGoBloG :...hehee....makasih Ngga...
@Rosi aja :...maturnuwun
@Clara :...hehee.. sebenernya yg saya Bolt itu asli terucap dari bibir seorang Ibu Non...
@namaku wendy :...hiks lewat thok ndak mau baca dulu, gak kayak saya kalo komen selalu baca dulu
@-Gek- :...hehee.. kalo gt saya ndak jadi nglamar km ah takut di getok, hahaha.... piss...
@yanuar catur rastafara :...iya saya juga sangat dambakan hal yg sama Mas...
@Ivan@mobii :...baca dulu dong Van
@jhoni :...hahaha kang jhoni tau aja...
@Fajar :...yup betul sekali Mas, sebenarnya kalimat yg saya Bolt itu adalah asli diucapkan oleh seorang Ibu, yaitu Ibu angkat saya dulu.
@annie :...sama2 Mbak, betul sekali apa yg mbak annie bilang itu, ya memang seperti itulah tujuan saya menulis semua kisah setengah nyata ini, agar pembaca ikut memandang sisi lain dari sebuah pengkhianatan, yakni kemuliaan hati sang pendamping dan agar para pembaca bisa lebih sabar dalam menghadapi persoalan hidup.

vie_three on 2 Desember 2009 pukul 12.48 mengatakan...

wuiihhhh ikutan juga, ayo kang..... hahahahahaha
khayalan masa kecil yak bahkan sampai sekarang masih menjadi khayalan, bagus juga kang fiksinya ciri khas kang sugeng bercerita ^^

PRof on 2 Desember 2009 pukul 13.49 mengatakan...

Meski karangan Fiktif, tapi tetep bisa diambil pelajaran berharga darinya...

MUdah2an, PRof juga gak seperti itu saat puber ke2 tiba....Hhhh.....Amien....

Ajeng on 2 Desember 2009 pukul 16.31 mengatakan...

Bener-bener terdiam mas setelah baca ini. Karena saya tidak pernah sampai terpikir kesana.. Ternyata saya memang harus banyak belajar. Terima kasih mas untuk berbaginya..

Unknown on 2 Desember 2009 pukul 16.47 mengatakan...

cerpennya bagus. yg sombong siapa ya? kamu kali....

Unknown on 2 Desember 2009 pukul 16.49 mengatakan...

cerpennya bagus. yg sombong kyknya kamu dhe.

wisata gunungkidul on 2 Desember 2009 pukul 17.24 mengatakan...

Ketulusan cinta seorang wanita......

wisata gunungkidul on 2 Desember 2009 pukul 17.25 mengatakan...

Ketulusan cinta seorang wanita.....

suwung on 2 Desember 2009 pukul 18.04 mengatakan...

mosok ada beneran nih?

ellysuryani on 2 Desember 2009 pukul 18.34 mengatakan...

Kang Sugeng, postingannya sangat menyentuh. Begitulah mulianya seorang ibu.

A. Hermana on 2 Desember 2009 pukul 20.04 mengatakan...

assalamualaikum...
seneng banget bisa kesini lg mas. cerita yg penuh pesan. ketulusan seorang wanita, seprti itulah mas.
salam

T.Yonaskummen on 2 Desember 2009 pukul 20.17 mengatakan...

Dari sekian ribu wanita hanya beberapa yang seperti itu, sangat inspiratif, jadi bingun mau komen gimana...

marsudiyanto on 2 Desember 2009 pukul 20.49 mengatakan...

Weh...
Ikut minum teh juga to...
Mugo2 menang maning...

Ninda Rahadi on 2 Desember 2009 pukul 21.57 mengatakan...

ngelihat status2 temen2 fb yang pada pengin pulang kampung karena kangen sang mama... nah saya perlu pulang kemana lagi ya biar bisa ketemu mama saya?? semoga beliau diterima di tempat yang baik disisi-Nya.. amiin.


kunjungan pertama sambil ninggal jejak dan follow, salam kenal kang..

Unknown on 3 Desember 2009 pukul 04.22 mengatakan...

Baca postingan ini saya jadi ingin memeluk mama
kangen saya, tiap hari ketemu..
tapi tetep aja tiap hari kangen

Joddie on 3 Desember 2009 pukul 12.45 mengatakan...

Hiks.. jadi kangen sama ibu.. :)

Anonim mengatakan...

Mama, Ibu, Bunda, Simbok, Biyung dan apapun panggilan yang diberikan untuknya, sungguh padanyalah cinta kasih yang sesungguhnya.

^pakSapi^ on 3 Desember 2009 pukul 13.27 mengatakan...

ibu, yeah tak cukup kata untuk membicarakan beliau :)

mocca_chi on 3 Desember 2009 pukul 13.35 mengatakan...

ngg... aneh ah,semalam temenku jg ngomongin soal masalah yg bgini dan... taraa... kenapa harus selalu laki laki yg dimanja? wkwkwk

attayaya on 3 Desember 2009 pukul 17.22 mengatakan...

susah mencari mama seperti itu
hmmmmmm.... manggut-manggut

Zippy on 3 Desember 2009 pukul 22.39 mengatakan...

Wah, dalem banget mas ceritanya...
Huhuhu...gak kebayang deh kalo seperti itu....
Tapi yang jelas, ceritanya inspiratif banget...

Rita Susanti on 4 Desember 2009 pukul 07.37 mengatakan...

Meski itu sebuah cerita fiksi, namun sangat sarat akan pesan moral mas...Betapa besar hati sang mama yah, dengan begitu sabar beliau memberikan toleransi kepada perilaku papa, karena memang itu adalah masa2 yg memang akan dilalui oleh semua makhluk yg bernama lelaki...Saya tak bisa membayangkan bila itu terjadi pada saya...

Anonim mengatakan...

busssseeeeettt,,!!!
cerita fiksi tp kok kyk kenyataan yah??
hwehehe,,
sumpah disambar gledek, Kang! Ceritanya menyentuh bgt..!!!
itu baru seorang maa dan seorang isteri sejati!!!

nice post, Kang!
:)

Pakde Cholik on 4 Desember 2009 pukul 14.13 mengatakan...

Hati ibu memamg mulia, kadang pinter menyembunyikan rasa untukm menjaga perasaan suami dan anak-anaknya.
Mantap critanya
Salam hangat dari Sukolilo

phonank on 4 Desember 2009 pukul 15.41 mengatakan...

Huks...

Terharu.. aku tergugah..

HUG me... pliss...

Sohra Rusdi on 4 Desember 2009 pukul 19.08 mengatakan...

wah kirain pertamanya kisah nyata

Sohra Rusdi on 4 Desember 2009 pukul 19.09 mengatakan...

ternyata terinspirasi tulisan via three ngomong-ngomong kenapa nggak sekalian masuk juga dikontes itu kang tulisan ini keren banget

Sohra Rusdi on 4 Desember 2009 pukul 19.10 mengatakan...

berbahagialah seseorang yang punya ibu sebijaksana itu bisa jadi ibu dan teman tempat curhat

Unknown on 4 Desember 2009 pukul 19.37 mengatakan...

Wah hebat juga ya
meskipun fiksi

secangkir teh dan sekerat roti on 4 Desember 2009 pukul 20.05 mengatakan...

jangan ingatkan saya, saya jadi ingin pulang...

ADAbisnis.com on 4 Desember 2009 pukul 20.35 mengatakan...

Mas, gmn costum domainnya jadi diset tanpa www? kontak via FB atau YM aja yach... Sementara ini jika tanpa www ga bs dibuka. Jadi mending diilangin sekalian aja www-nya. Thx

Purba Kuncara
ADAbisnis.com

dwina on 4 Desember 2009 pukul 20.44 mengatakan...

kang sugeng makin mantap.....

kang kalo pengen punya adik perempuan saya daftar duluan. harus di terima lho ya..
AWAS.....

Seti@wan Dirgant@Ra on 5 Desember 2009 pukul 11.09 mengatakan...

Meskipun hanya fiksi, tapi kayaknya real banget kang.
Nice story..

Rupanya kita senasib, Ayah dan Bunda sudah dipanggil menghadap.

Saung Web on 8 Desember 2009 pukul 20.22 mengatakan...

Duh bijak sekali ibunya kang.. gimana cara menetralisir hati sang Putri yag gundah... mestinya banyak wanita yang baca postingan ini.. ohya salam kenal n dah saya follow kang.. followback ya

Saung Link on 11 Desember 2009 pukul 08.28 mengatakan...

Walau hanya fiksi .. tapi sangat menyentuh kang..

guskar on 13 Desember 2009 pukul 17.30 mengatakan...

Catatan Menjelang Karnaval Blog MTBI
Pertama, saya wajib mengucapkan terima kasih kepada teman-teman narablog yang telah mengirimkan artikel untuk meramaikan acara Karnaval Blog : Minum Teh Bersama Ibu. Artikel yang masuk cukup banyak, yaitu 50 naskah. Artikel yang dikirimkan ada yang berupa, Esai, Fiksi, Puisi, atau Ringan Interesan. Semua bagus, dan itu telah membuat saya kesulitan mana yang akan ditampilkan dalam karnaval nanti.
http://guskar.com/2009/12/13/catatan-menjelang-karnaval-blog-mtbi/

Travel Jakarta Bandung on 5 Agustus 2010 pukul 23.14 mengatakan...

thanks ceritanya

maharani mengatakan...

sungguh muli hati mu ibu... andaikan saya bisa berkata begitu terhadap diri saya sendiri..

Posting Komentar

[ Full Page Comment Form ]

Maaf... karena banyak SPAMMER, terpaksa saya mengaktifkan MODERASI.
Ini adalah DOFOLLOW BLOG, setiap komen yg kamu tinggalkan, akan menjadi BACKLINK buat URL yg kamu sertakan, so... tinggalkan komen yg sesuai dengan TEMA, jangan NYEPAM..!!
Gunakan Name/URL biar lebih efektif. Jangan lupa pake http:// biar ndak BROKEN LINK.
Komentar APAPUN asal sopan dan punya aturan, PASTI saya terbitkan, KECUALI yg menyertakan LINK, akan langsung saya DELETE..!!

Back to TOP

 

Be A Great Person Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template