Kamis, Desember 10, 2009

Buku Harian Mama

"Haniiiiiiiiiiiiiif..! Hanifaaaaah..!"

Ku dengar suara Mama berteriak manggil-manggil nama aku dari kamarnya.
Hmmm... paling mau nyuruh Hanif benerin apa gitu. Ah gak enak enakin orang lagi nonton tivi aja ni Mama.

"Iya Mama... bentar... lagi menyimak BLCK In News nih..!"

"Hanif.. cepetan sini koq..!"

"Iya iyaaaaa..."

Ih... Mama ni selalu aja gitu, kalo manggil anaknya pasti maunya kita cepet dateng, gak boleh nanti nanti.

Ku raih asbak hitam dari kolong meja lalu ku remuk sebatang Djarum BLCK Menthol yg baru aja ku nyalakan. Mama pasti marah besar kalo tau aku lagi ngerokok di dalam kamarnya.
Segera aku melangkah ke arah Mama. Ku buka pintu geser kamarnya dan kulihat Mama lagi sibuk bersama kaca mata minusnya menulis di sebuah buku di atas meja.

"Iya Mamaku sayang... ada apa manggil-manggil Hanif...?"

"Tolong kamu benerin tuh, keran washtafel Mama macet, airnya gak mau ngalir.."

Jiaaah... sungguh Minggu pagi yg 'sangat menyenangkan' dimana waktu luang yg harusnya kupake buat nyantai di depan tivi main PS, akhirnya harus ku lewatkan begitu saja karna musti bergelut dengan keran Washtafel Mama yg lagi ngadat.
Sambil terus melanjutkan tulisannya, gak henti-hentinya Mama meng-introgasi hubunganku sama Icha, adik kelasku semasa SMA dulu. Hufft... untung aja tiba-tiba telepon rumah berdering. wuaaaah.. kesempatanku ni buat lari bentar dari ocehan Mama. Baru aja aku mau balik badan beranjak pergi ke arah telepon yg berdering, tiba-tiba aja Mama bilang,

"Udah... biar Mama aja yg angkat.."

"jiaaahahaha... sekalian aja Mama bilang, Hanif gak ada kalo itu dari Icha, hiks..."

Ah... kesempatan nih, sementara Mama ngangkat teleponnya, aku bisa istirahat bentar. Lagian paling Mama juga akan lama nrima telponnya. Tuh bener kan... Mama lagi ngobrol sambil senyum senyum, pasti itu dari temen arisannya.

Hmmm... Mama lagi nulis apaan sih? Penasaran banget aku. Wuaaaah... lagi ngisi buku harian ternyata, aku baca dikit ah... gaya bahasa Mama khas banget sih...

Surabaya, 28 Juli 1997

Diary...
Suatu pagi, ketika hendak pergi ke arisan, aku memakai baju baru hadiah dari Papa pas pulang dari Sidney. Baju itu memang telah lama aku idam-idamkan. Kemudian aku mempersiapkan Ratih, anak perempuanku yg hendak pergi ke sekolahnya. Setelah itu aku ke ruang makan nyiapin sarapan. Tapi sewaktu keluar dari dapur, tiba-tiba nampan berisi semangkuk daging rendang yg ku pegang meluncur dan jatuh berceceran. Dan itu juga mengotori baju baruku. Aku sangat kesal waktu itu, tapi tanpa ku duga Ratih malah berkata,

"Mama jangan khawatir. Mama kan gak sengaja. Biar ntar Ratih yg bantuin Mama bersihin lantai karna daging rendang yg tercecer ini, sedang pakaian yg kotor itu kan nanti kalo dicuci juga akan bersih kembali."

Aku pikir-pikir, coba kalau kejadian ini terjadi pada anakku, pastilah aku akan berkata lantang,

"Lihat tuh akibat kecerobohan kamu..! Baju yg baru aja dipakai udah dikotor-kotorin, lain kali Mama gak akan beliin lagi baju baru buat kamu..!"

Sambil merenung, tak terasa mataku sedikit basah karena haru. Mungkin Ratih pikir aku masih dongkol atas kejadian itu, sehingga lalu memegang kedua tanganku sambil berkata,

"Udah... Mama gak usah khawatir lagi ya.., lain kali Mama lebih hati-hati aja..."

Akupun lalu memeluknya, hampir aja air mataku menetes kalo saja aku gak segera mengelapnya.

Itu tadi adalah kejadian beberapa hari yg lalu. Sedangkan hari Minggu pagi kemarin, kejadian yg hampir sama, terulang kembali.
Ketika itu kami sedang sibuk mempersiapkan barang bawaan, tiba-tiba aja telepon rumah berdering tanpa henti. Padahal hari itu kami sekeluarga ada rencana untuk pergi rekreasi. Karena khawatir teman-teman Papa mau mengajak dia pergi, jadi aku berpesan pada anakku,

"Ratih.. kalo telepon itu nyariin Papa, kamu bilang aja Papa nggak ada dirumah."

Ratih ragu. Dengan mata melotot dia menatapku,

"Bukannya Papa ada di rumah Ma..?"

Dengan marah akupun menatapnya balik,

"Udah cepat sana kamu bilang aja Papa gak di rumah..! Titik..!"

Ratihpun segera melangkah dengan santainya dan mengangkat telepon itu,

"Halo Om, pasti si Om mau nyariin Papa ya..? Mama mau, Ratih bilang ke Om kalo Papa lagi gak ada di rumah. Tapi Ratih gak mau. Ratih pengin jadi anak baik yg gak pernah berbohong. Hari ini Papa gak bisa pergi sama Om, karena Papa udah janji mau ngajakin Ratih main ke Wisata Air Jatim Park. Dan Papa pernah bilang bahwa Papa nggak akan pernah menarik kembali kata-katanya."

Entah apa yg dikatakan lawan bicaranya, aku lihat dengan begitu gembiranya Ratih lalu bilang,

"Makasih banyak ya Om..
Om baik banget deh..."

Ratih lalu meletakkan kembali gagang telepon itu ke tempat semula, dan kemudian pergi tanpa menghiraukan aku lagi.

Setelah kejadian itu aku berpikir, pasti Ratih mengira aku adalah seorang Mama yg jahat karna udah ngajarin anaknya untuk berbohong.

Akhirnya dengan mengacuhkan rasa malu, aku lalu bilang padanya,

"Maafin Mama ya Ratih... hari ini Mama sudah melakukan kesalahan. Gak seharusnya Mama ngajarin kamu untuk berbohong, lain kali Mama pasti akan memperbaikinya."

Setelah mendengar ini, barulah anakku mau memperlihatkan lagi senyum termanisnya.

Diary...
Dua kejadian itu adalah kejadian yg begitu menyentuhku. Aku merasa sangat bersalah pada anak-anakku. Mulai sekarang aku janji, demi mereka, aku harus rela menjadi 'seorang Mama yg baru' buat mereka.

Hmmmm... ternyata di balik sifat Mama yg keras itu, masih juga tersimpan satu kelemahan yg selalu Mama sembunyikan di depan kami semua. Dan sepintar apapun Mama menyembunyikan itu, dia pasti gak akan mampu berbohong di depan buku hariannya.

SEKIAN

Salam dari Kang Sugeng
Keep spirit and Be A Great Person.!Share/Save/Bookmark Subscribe



Related Posts :



46 komentar:

Clara Canceriana on 10 Desember 2009 pukul 20.57 mengatakan...

wuih punya emak kek gitu repot juga ya....
masa anak diajarin bohong
XD

Laksamana Embun on 10 Desember 2009 pukul 21.55 mengatakan...

Bener Kang.. Sekeras pun Perempuan dia tetap aja perempuan yang di takdirkan menjadi Pencair dan Pembawa Kedamain bagi Seorang Laki2..,hehe

Oia SUkses ya Kontes SEO,:)

Jhoni20 on 10 Desember 2009 pukul 23.11 mengatakan...

orang tuapun juga manusia yang tidak luput dari kesalahan!!!! seorang anakpun bisa menjadi penerang untuk orang tua!!!

cerita yang bagus kang!! saya juga akan mencoba untuk "be a great person"

Zippy on 10 Desember 2009 pukul 23.54 mengatakan...

Wui, si ma2 hati'x gak seburuk yg dibayangkan.
Oh..ya, kelakuan Hanif gak patut dicontoh, gak baik merokok, xixixi...

phonank on 11 Desember 2009 pukul 00.33 mengatakan...

Siapapun juga begitu,,

menyimpan rahasianya kalau gak diumpetin di hati,, yah di diary nya...

Yah itu juga kalau punya diary..

eh nyatanya si mama punya, hehehe...

ivan kavalera on 11 Desember 2009 pukul 02.21 mengatakan...

namanya aja diary, gak akan bohong. hehehe

kedai kopi on 11 Desember 2009 pukul 02.21 mengatakan...

mampir mas

RanggaGoBloG on 11 Desember 2009 pukul 02.42 mengatakan...

wah maap mas belum sempat baca.... tapi ada awod tuh di kandang sayah... diambil yah....

Zahra Lathifa on 11 Desember 2009 pukul 06.35 mengatakan...

emang lebih baik punya diary...biar semua perasaan n ide bisa tertuang, ga numpuk di otak ama hati hehe...ngeblog juga diary 'kan? thanks ya kang...

namaku wendy on 11 Desember 2009 pukul 06.41 mengatakan...

i love you mama ^.^

Kang Sugeng on 11 Desember 2009 pukul 08.32 mengatakan...

@wendy : so and I Son... hehee..
@zahra lathif : ytp betul sekali Bu...
@RanggaGoBlog : oke Ngga, langsung saya ambil
@kedai kopi : oke sip
@ivan kavalera : hehee.. iya ya
@phonank : saya Rasa semua pasti pernah punya diary
@zippy : itu hanya sponsor aja Mas
@jhoni : iyap klop, cocok banget Kang
@laksamana embun : iya itu maksud yg ingin saya sampaikan Mas, hehee...
@clara : makanya jangan ditiru ya Non...

Yolizz on 11 Desember 2009 pukul 10.05 mengatakan...

mamanya punya diary juga ternyata,, eh.. tapi si Hanif ga boleh sembarangan ngintip tuuhhh,, hehehe...

rizky on 11 Desember 2009 pukul 10.39 mengatakan...

walau gmana pun, ibuk tetap kita harus hormati apa lagi bentar lagi hari ibuk. karena surga ada di bawah telapak kaki ibuk :D

mocca_chi on 11 Desember 2009 pukul 11.54 mengatakan...

diary yg menyentuh bang, klo gedenya ratih pasti jadi gadis yang manis dan baik hatii... pinter lgi.

vie_three on 11 Desember 2009 pukul 14.58 mengatakan...

kemajuan yang keren, ikut kontes sama bikin cerita, sekali dayung 2-3 pulau terlampaui....

dan ceritanya bagus kang..... penyesalan pasti datangnya belakangan..... ^^

Slamet Riyadi on 11 Desember 2009 pukul 15.49 mengatakan...

bulan ini banyak sekali yang posting tentang ibu dan mama ya?
aku juga ikutan ah hehehehe jadi terharu....

sering bikin dongkol ibuku tersayang, oya papa juga jangan dilupain dong

badak jawa on 11 Desember 2009 pukul 15.50 mengatakan...

pengen punya mama yang sexy kaya julia perez

dan berjiwa besar seperti.......siapa ya?
seperti hawa istrinya adam aja ah ehehehe

Ninda Rahadi on 11 Desember 2009 pukul 16.04 mengatakan...

waw, saya seolah melihat kang sugeng dalam versi lain pada cerita ini....

menghibur kang ;)

FATAMORGANA on 11 Desember 2009 pukul 16.43 mengatakan...

Isteri aku nggak punya Buku Harian....
Nah loh... semoga aja dia jujur ama Tuhan...

ivan kavalera on 11 Desember 2009 pukul 17.07 mengatakan...

aku juga suka nulis buku harian mas tapi udah lusuh nih he he.

rony danuarta on 11 Desember 2009 pukul 17.12 mengatakan...

diarynya menyentuh hati saya bang,,,

jadi pengen bikin diary aza....

Blogger Admin on 11 Desember 2009 pukul 18.06 mengatakan...

Waduh kang,aq ga bisa menikmati karya tulis ini dgn utuh karena lg lwt hp,jd skdr nyepam utk blog walking aja y

Blogger Admin on 11 Desember 2009 pukul 18.06 mengatakan...

Waduh kang,aq ga bisa menikmati karya tulis ini dgn utuh karena lg lwt hp,jd skdr nyepam utk blog walking aja y

Kabasaran Soultan on 11 Desember 2009 pukul 18.07 mengatakan...

Hebat deh diarynya ...
Ternyata si mama luluh juga akhirnya.

indahnya berbagi on 11 Desember 2009 pukul 18.22 mengatakan...

diary mamapun dibaca? baca surat mama jg yuk disini

-Gek- on 11 Desember 2009 pukul 20.02 mengatakan...

Ratih itu buah hati Kang Sugeng?
Dear God.. besarnya hatinya sudah jadi bongkahan berlian yang tak ternilai harganya.. ck ck ck ck ck ..

Nulis terus Kang! Buagus banget!!!!

Sohra Rusdi on 11 Desember 2009 pukul 21.22 mengatakan...

diary yang manis mencatat moment-moment tertentu bis nggak yah istri saya punya diari untuk mencatat tingkah laku saya yang salah

xitalho on 11 Desember 2009 pukul 23.36 mengatakan...

Pelajaran yang sangat berharga.... pribadi yang kadang punya kuasa akan merasa selalu benar....

Inspired story.... Semoga menang....

narti on 11 Desember 2009 pukul 23.41 mengatakan...

wow bagus banget ceritanya...tidak terkesan menggurui...
tapi koq lebih pintar anaknya ya?hehe...itulah anak-anak, yang lugu, tidak mau disuruh berbohong.

salam kenal juga, makasih sudah berkunjung.

FaiS on 12 Desember 2009 pukul 11.40 mengatakan...

wawawawa
ngga' bLeh tau baca buku harian org...,

-Gek- on 12 Desember 2009 pukul 12.44 mengatakan...

Habis bagus banget Mas.. bingung mo komen apa...
huaaa huaa huaaaa.... (T.T)

Mas Sugeng boleh deh ambil laptpnya.. gek blackberry ajah.. hehhehe!

Cara Membuat Website on 12 Desember 2009 pukul 15.10 mengatakan...

gambaran ibu yang hebat. mau dengan legowo menyadari kekhilafan dan meminta maaf kepada anak.

Cara Membuat Web

Ajeng on 12 Desember 2009 pukul 16.28 mengatakan...

Ada pembelajaran dalam ceritanya mas..
Tapi keywordnya juga 'hajar' terus...

Blogger Admin on 12 Desember 2009 pukul 16.48 mengatakan...

saya pernah "memaksakan " kejujuran seorang cewek karena tak sengaja membaca buku harianya hehehe

Blogger Admin on 12 Desember 2009 pukul 17.55 mengatakan...

kang udah tak follow :)

Yanuar Catur on 12 Desember 2009 pukul 18.31 mengatakan...

keren kang inspirasinya

Saung Link on 12 Desember 2009 pukul 20.18 mengatakan...

Haha..kalau anak mamih beda ya... tapi postingannya sangat ispiratif nih... btw.. nih koment di post baru hahaa..

-3- on 12 Desember 2009 pukul 20.34 mengatakan...

Wah...kang sugeng keren juga bikin cerita...good luck kang ...

annie on 12 Desember 2009 pukul 20.43 mengatakan...

Pinternya bikin cerita plus masang keyword. Hebat, kang. Saya paling susah bikin yang begini
Oya, aku punya cerpen disini : http://annie-rosetyani.blogspot.com/2009/10/meniti-pelangi-cerpen.html.
Ditunggu ya ...

ocheholic on 12 Desember 2009 pukul 21.27 mengatakan...

heuheuheu,,
jadi kangen mamaaaaa,,

Cebong Ipiet on 12 Desember 2009 pukul 21.54 mengatakan...

ki gae djarum yo kang ehehehhe...semuga sukses

BrenciA KerenS on 13 Desember 2009 pukul 00.15 mengatakan...

Hahahahaha bisa aja nih bikin postingan soal kontes..

Puspita on 13 Desember 2009 pukul 15.49 mengatakan...

Seringkali ketidak jujuran anak terjadi karena kesalahan asuh orangtuanya.

Ikut kontes ya mas?. Semoga sukses.

Saung Link on 19 Desember 2009 pukul 01.02 mengatakan...

Haha,,, postingan yang manrik.. bisa aja nih si akang

hosting profesional indonesia yang murah on 30 Juli 2010 pukul 14.10 mengatakan...

sebenarnya ibu kita itu selalu ingin yang terbaik buat kita, walau kadang kita gak mengerti dengan caranya...

Travel Jakarta Bandung on 5 Agustus 2010 pukul 23.09 mengatakan...

cerita yg bagus

Posting Komentar

[ Full Page Comment Form ]

Maaf... karena banyak SPAMMER, terpaksa saya mengaktifkan MODERASI.
Ini adalah DOFOLLOW BLOG, setiap komen yg kamu tinggalkan, akan menjadi BACKLINK buat URL yg kamu sertakan, so... tinggalkan komen yg sesuai dengan TEMA, jangan NYEPAM..!!
Gunakan Name/URL biar lebih efektif. Jangan lupa pake http:// biar ndak BROKEN LINK.
Komentar APAPUN asal sopan dan punya aturan, PASTI saya terbitkan, KECUALI yg menyertakan LINK, akan langsung saya DELETE..!!

Back to TOP

 

Be A Great Person Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template