Senin, Maret 29, 2010

Coba Lihat Dari Sudut Pandang Yang Tepat

Ini adalah satu kisah yg saya ambil dari kehidupan rumah tangga saya sendiri yg mana pada waktu itu hampir setiap hari sepulang saya kerja, pasti istri saya atau yg biasa saya panggil Mama, selalu saja ngomel-ngomel ndak karuan. Selidik punya selidik ternyata dia marah karena sepatu saya selalu meninggalkan jejaknya di atas karpet permadani ruang depan. Bukan hanya itu, rupanya anak-anak sayapun juga suka sekali bermain di atas karpet tersebut. Anak saya yg laki-laki selalu mengotorinya dengan memainkan mobil RCnya dari halaman rumah langsung masuk ke dalam lalu kembali lagi keluar, begitu seterusnya hingga roda-rodanya meninggalkan jejak kotoran di atas karpet dan lantai rumah. Sedangkan anak saya yg perempuan suka bermain pasar-pasaran dengan mengguntingi kertas kecil-kecil sebagai barang dagangannya. Bahkan tak jarang pula ia memetik dedaunan dan bunga-bunga dari taman depan.

Sebenarnya kalau urusan belanja, cucian, makanan, kebersihan dan kerapian rumah, Mama selalu dapat menanganinya dengan sangat baik. Rumah selalu tampak rapi, bersih dan teratur. Saya serta anak-anak pun sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah. Istri saya yg saya kenal pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumah nampak kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu saya atau kotoran lain dari anak-anak saya di atas karpet itu, dan suasana ndak enak pun akan berlangsung seharian. Padahal dengan dua orang anak di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan tentu saja itu akan sangat menyiksanya.

Lalu sayapun mulai introspeksi diri, dan juga mencoba untuk mencari solusi, gimana supaya Mama ndak suka marah-marah lagi dan menerima keadaan itu dengan lapang dada lalu membersihkannya lagi dengan ikhlas. Lha mau gimana lagi namanya juga anak-anak. Kalau saya sih mungkin bisa merubah kebiasaan dengan melepas sepatu sebelum masuk rumah (kalau ndak lupa), tapi anak-anak?? Saya rasa cukup sulit juga untuk melarang mereka main di atas karpet itu.

Akhirnya saya pun berinisiatif pergi menemui seorang sahabat lama yg kebetulan sudah sukses menjadi psikolog dan atas saran dari dia, saya pun lalu mengajak istri saya berkonsultasi padanya.
Mamapun lalu menceritakan segala apa yg menjadi masalah dan ganjalan hatinya selama ini.

Setelah mendengarkan cerita dari istri saya dengan seksama dan penuh perhatian, temen saya hanya tersenyum lalu berkata :

"Coba sekarang Ibu relax, pejamkan mata dan bayangkan saja apa yg akan saya katakan ini."
Istri saya kemudian duduk santai, merebahkan tubuhnya di sebuah kursi goyang kemudian mulai memejamkan kedua matanya.

"Coba Ibu bayangkan rumah Ibu yg rapi dan karpet Ibu yg bersih harum mengembang, tak ternoda, tanpa jejak sepatu dan tanpa kotoran sedikitpun. Bagaimana perasaan Ibu?"

Masih tetap sambil menutup mata, nampak istri saya tersenyum, mukanya yg tadinya murung berubah menjadi cerah. Mama tampak senang dengan bayangan yg dilihatnya.
Teman saya pun lalu melanjutkan,

"Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah Ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Yaaah... mungkin suami Ibu sedang makan siang bersama wanita lain dan anak-anak Ibu sedang bermain di luar seharian sampai lupa waktu. Rumah Ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yg Ibu kasihi."

Seketika raut wajah istri saya berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya berat mengandung isak. Sepertinya, perasaannya terguncang dan pikirannya langsung cemas membayangkan apa yg tengah terjadi pada saya dan anak-anak.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, Ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di sana, dan itu artinya suami dan anak-anak Ibu ada di rumah, orang-orang yg Ibu cintai ada bersama Ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati Ibu."

Nampak istri saya mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.

"Sekarang buka mata Ibu dan rasakan. Bagaimana? Apakah karpet yg kotor masih menjadi masalah buat Ibu?"

Tanpa menjawab, istri saya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Setelah cukup lama terdiam, akhirnya istri sayapun bicara,

"Saya tahu maksud Anda. Jika kita melihat sesuatu dengan sudut pandang yg tepat, maka hal yg semula tampak negatif, pasti dapat dilihat secara positif."

Sejak saat itu, Mama ndak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yg kotor, karena setiap melihat jejak sepatu dan kotoran lain disana, ia tahu, bahwa saya dan anak-anak yg tentu saja sangat dikasihinya, sedang berada di rumah bersamanya.

Nah... teman-teman semua... kita hidup memang ndak akan pernah terlepas dari suatu masalah, dan mungkin saja masalah itu sangat mempengaruhi cara berpikir kita selama ini. Suatu hal yg sebenarnya sangat sepele, bisa saja berubah menjadi masalah yg cukup besar kalau kita melihatnya hanya dari satu sudut pandang saja. Sebaliknya, masalah yg besar akan dapat diatasi dengan begitu mudah jika kita mampu melihatnya dari sudut pandang yg tepat, dengan kata lain, jika kita melihat sesuatu dengan sudut pandang yg tepat, maka hal yg semula tampak negatif, pasti dapat dimaknai secara positif.Share/Save/Bookmark Subscribe



Related Posts :



58 komentar:

Rock on 29 Maret 2010 pukul 22.18 mengatakan...

Aku suka kalimat yang terakhir kang...

Semua orang punya masalah... kalau pengen ga punya masalah ya mati aja... hahaha...

fai_cong on 29 Maret 2010 pukul 22.28 mengatakan...

bener kang.
setuju...
kita gak boleh memfonis gitu ajah.
lah kok gak nyambung.
hehe...

HB Seven on 29 Maret 2010 pukul 22.28 mengatakan...

janganlah kita menghakimi seseorang dari satu sudut pandang ....hanya melihat kesalahan seseorang tapi lihatlah dari sudut pandang yang lain yaitu dari sisi kebaikan apa yang telah diberikan kepada kita....itu kata pak kyai lho kang....he...he...

Anazkia on 29 Maret 2010 pukul 22.31 mengatakan...

Melihat lebih dekat ya mas Sugeng. Salam untuk isterinya yah.

Pohonku Sepi Sendiri on 29 Maret 2010 pukul 22.35 mengatakan...

kisah yg sungguh indah..
benar2 jadi bahan introspeksi neh kang.. makasih.. :)

Ranny on 29 Maret 2010 pukul 22.48 mengatakan...

stujuuuuuuuuhhh ^^ melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan berusaha untuk menerima pandangan baru itu :D
i ever felt it ^^
mama yang baiikk ^^

Amdhas on 29 Maret 2010 pukul 22.54 mengatakan...

sebenarnya memang segala sesuatu kita harus lihat positifnya terlebih dahulu,,tetapi dampak negatifnya juga kita harus tau

Clara Canceriana on 29 Maret 2010 pukul 22.59 mengatakan...

pembelajaran yg menarik.
segala sesuatu memang sebaiknya dilihat dari dua sisi yg berbeda. akan lebih bijak sebelum menentukan keputusan

Mattwahyu on 29 Maret 2010 pukul 23.04 mengatakan...

Seperti anak yang selalu usil ... orang tua jengkel, tapi kalau disuruh milih, mendingan usil daripada di bawa ke Rumah sakit

Wahyu BMW on 29 Maret 2010 pukul 23.06 mengatakan...

Jadi perlu berlatih memandang dari berbagai sudut, karena tidak semua orang mempunyai banyak pandangan, thanks atas infonya, salam

Zippy on 29 Maret 2010 pukul 23.12 mengatakan...

Wuih...dalem banget mas artikelnya, hehhehe...
Mantep nih, pengalaman pribadi yang mau dibagi disini.
Semoga aja kita bisa melihat semuanya secara perspektif yang lebih tepat :)

Dunia Hape on 29 Maret 2010 pukul 23.14 mengatakan...

Kayak 2 sisi mata uang ya mas.
Harus diperhatikan secara seksama terlebih dahulu.
Ambil aja yang positifnya, jangan dilihat secara negatif :)

U-marr on 29 Maret 2010 pukul 23.59 mengatakan...

iya yah mas kita harus melihat suatu sudut pandang dengan tepat jangan dilihat sebelah mata, nanti akan jadi masalah. makasih yah mas udah share pengalamannya. :D

Dimas on 30 Maret 2010 pukul 06.10 mengatakan...

betul kang setiap orang punya masalah, tergantung bagaimana cara memandang dan menyelesaikan masalah tersebut....

Ivan Rahmadiawan on 30 Maret 2010 pukul 06.21 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ivan Rahmadiawan on 30 Maret 2010 pukul 06.35 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
emmy on 30 Maret 2010 pukul 06.41 mengatakan...

wah aku terharu dengan ceritanya..
sperti kalo kita lagi pusing, berarti kita masih punya kepala. pikir positif! hehe :)

great inspirational story from ur very own life, nice!

Darin on 30 Maret 2010 pukul 09.05 mengatakan...

setuju kang sugeng, semua kembali pada cara pandang kita. sesuatu yang terlihat buruk, bila disikapi dengan positif, pasti ada hikmahnya.
artikel yg bagus! penuh pencerahan!

Yanuar Catur on 30 Maret 2010 pukul 09.35 mengatakan...

saya selalu berusaha menyingkirkan pikiran yang negatip bang
tapi kadang gak berhasil juga sih
tapi nyante aja dehh
kayak di pantai
woyyooo man
hehehe

ROSMANA A.P. on 30 Maret 2010 pukul 10.28 mengatakan...

Melihatlah sesuatu dari berbagai sudut pandang... Dengan begitu, kita akan tahu sisi positif dan negatifnya sesuatu tersebut. Benar nggak Kang Sugeng?

Anonim mengatakan...

setuju Pak, melihat satu masalah dari sudut pandang yang tepat akan mampu mengatasi masalah tanpa masalah ( kayak slogan pegadaian ya, hehehe )

SunDhe on 30 Maret 2010 pukul 11.50 mengatakan...

Setuju...!!!
diliat dengan sudut positif apapun pasti indah dan melegakan ^^

mawaradi on 30 Maret 2010 pukul 13.37 mengatakan...

Piye nang, ora sida dolan menyang gubuge pakdhe? E mbok manawa wis longgar dolana. O iya, jare awakmu dadi tim suksese Julia Peres. he.....Pakdhe Pur.

Sekar Lawu on 30 Maret 2010 pukul 13.56 mengatakan...

nice posting....thx kang

Fais Wahid on 30 Maret 2010 pukul 16.17 mengatakan...

kisah yang sungguh dapat d jadikan pelajaran tuk maju ke depan...

Yolizz on 30 Maret 2010 pukul 16.19 mengatakan...

waahhh.. manteeepp kang!! bener banget neehh... segala sesuatunya diambil positifnya aja deehh...

restry on 30 Maret 2010 pukul 17.31 mengatakan...

suka sama kalimat terakhirnya..hehe..kata orang sih kalo memandang sesuatu jangan dari satu sudut pandang saja, tapi dari sudut lain juga karena itu akan sangat membantu apalagi untuk instrospeksi diri.. :D
.
o iya psikolog nya hebat ya kang..doakan saya kang biar jadi psikolog juga hehe

Ninda Rahadi on 30 Maret 2010 pukul 18.34 mengatakan...

wahwah kang seger banget postingan ini, buat semuanya :)

catatan kecilku on 30 Maret 2010 pukul 21.18 mengatakan...

Kesimpulannya mantap banget tuh Kang...
Terima kasih udah sharing.

the others on 30 Maret 2010 pukul 21.19 mengatakan...

Aku harus ingat2 cerita ini jika suatu saat aku emosi karena rumah berantakan hehehe

sda on 30 Maret 2010 pukul 21.52 mengatakan...

sangat bermanfaat kang...keluarga itu indah dgn kehadiran anak2 juga.

narti on 30 Maret 2010 pukul 21.53 mengatakan...

alangkah indahnya...
semoga bahagia selalu n langgeng, amiiinnn.

angger on 30 Maret 2010 pukul 22.05 mengatakan...

manteb kang sangat bermanfaat,jadi kesimpulannya kita harus mengambil sisi positifnya

Rahad Adjars on 31 Maret 2010 pukul 00.00 mengatakan...

pengalaman yg mengandung makna yg dalam nih kang...
keren banget...
oh ya, ijin kopi kalimat terakhirnya ya...

buwel on 31 Maret 2010 pukul 00.51 mengatakan...

hehhehehe... positive thinking adalah selalu bisa mengambil ikmah disetiap yang terjadi di kehidupan dengan bijak... :-)

achen on 31 Maret 2010 pukul 00.52 mengatakan...

mantab neh Kang, pencerahannya... :-)

sastra radio on 31 Maret 2010 pukul 07.02 mengatakan...

Kang Sugeng udah ngopi pagi? Heheheh..
Hmmm, selalu asyik membaca dan merenungkan kedalaman tulisannya kang Sugeng.

Sudinotakim on 31 Maret 2010 pukul 07.46 mengatakan...

Benar sekali kang..memang sesuatu dgn positif hasilnya pun baik pula adanya

AeArc on 31 Maret 2010 pukul 11.15 mengatakan...

hehe.. setuju!!! apapun masalahnya bisa diatasi, asal tidak ditanggapi dengan negatif

richo on 31 Maret 2010 pukul 11.51 mengatakan...

sudut pandang sangat mempengaruhi kita dalam menilai sesuatu, belajar melihat dari berbagai sudut pandang biar lebih obyektif bukan subyektif lg :)

Unknown on 31 Maret 2010 pukul 11.52 mengatakan...

aku pernah nulis artikel spt ini juga. sip deh.

mayank on 31 Maret 2010 pukul 12.10 mengatakan...

maafkan saya sebelumnya salah kang menyebut nama, itu kekhilafan mohon dimaafkan jika kata-kata juga banyak yang kurang berkenan...

Ajeng on 31 Maret 2010 pukul 12.23 mengatakan...

Nice share mas..
Memang selalu ada pembelajaran dari apapun. Keep spirit..!!

Isti on 31 Maret 2010 pukul 18.56 mengatakan...

kadang sudut pandang bisa berbeda karena polaa pikir yg berbeda...ga mudah juga menyamakannya..

Ivan Rahmadiawan on 31 Maret 2010 pukul 21.04 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ali afif on 31 Maret 2010 pukul 23.03 mengatakan...

Mampir malam kang sugeng... :-)

buwel on 31 Maret 2010 pukul 23.04 mengatakan...

duh, kayaknya sama jah Kang dengan punyanya Kang sugeng... mungkin penempatannya yang beda ajah ya..... Ehm, atau saya yang nggak paham pertanyaannya... Waduh... :-)

Miawruu on 1 April 2010 pukul 02.19 mengatakan...

ada benernya juga kata2 psikolognya. minta alamat psikolognya dunk mas hahahaaha

tapi yaaa... jgn krn istrinya udah ga marah lagi liat karpet kotor, jgn lupa lepasin spatunya tuh... kasian istrinya. coba mas tiap ngotorin tu karpet mas sendiri yg bersihin. jadi tau gmn capeknya sang istri yg bersihin tu karpet terus2an. brani berbuat brani bertanggung jawab hihihihihi

khatulistiwa on 1 April 2010 pukul 02.24 mengatakan...

waah..berarti ga jadi lepas sepatu neh kang..hehe. btw sering terjadi di rumah neh..bisa untuk bahan bacaan istri..sangat membantu kang, terima kasih

sahabat blogger on 1 April 2010 pukul 02.31 mengatakan...

saya rasa artikel ini sangat pantas untuk dibaca oleh para ibu2 muda..hehe

munir ardi on 1 April 2010 pukul 16.29 mengatakan...

bijaksana sekali kang semoga rukun terus ya

phonank on 1 April 2010 pukul 20.35 mengatakan...

Kita harus pandai menempatkan posisi dan meninjau sesuatu dari sudut dan cara pandang dengan berbagai hal. Itulah yang baru saja saya dapat dari kang sugeng,, kata-kata yang merujuk pada satu kesimpulan, yaitu bijaksana.

Banyak hal kecil yang seringkali kita anggap biasa, padahal dari hal yang kecil saja bisa berakibat besar. ^_^

Oby Syam on 1 April 2010 pukul 21.11 mengatakan...

waaaaah
saluuuuuuuuuuuut bgtt dengan ceritanya
bervisua;lisasi sekalii!!!!!

^_^
siapa sih psikolognya
pingin tahu aku...........
ehhehehehhe

salam kenal kak
di tunggu yah kunjungan baliknya di
http://zona-ketawa-kita.blogspot.com/

- on 2 April 2010 pukul 06.56 mengatakan...

Hmm, inspiratif Pak!
Arigato!

Ivan Rahmadiawan on 2 April 2010 pukul 11.25 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
bintang on 4 April 2010 pukul 13.19 mengatakan...

kang sugeng.....
asli berair mataku membaca tulisan ini
bravo buat kang sugeng yang membawa istri ke psikiater
hingga istri bisa merubah pandangan terhadap masalah keluarga kang sugeng
dan yang saya tangkap adalah kang sugeng sangat mencintai istri dan keluarga. bener kan kang??

Unknown on 17 April 2010 pukul 02.28 mengatakan...

Salam Actions

Senang membaca tulisan hasil karya anda
sangat menarik dan menambah wawasan dan juga pengalaman.
saya akan membaca tulisan tulisan anda berikutnya.
Sukses selalu menyertai perjalanan karier anda.
Alamat URL anda telah saya save agar mudah saya posting ke blog anda,...
begitu sebaliknya Saya tunggu Kunjungan, kritik dan saran anda demi suksesnya blog saya

http://makingmoneyonline-cadalora.blogspot.com/

Advanced Business Center on 28 Oktober 2011 pukul 14.24 mengatakan...

segala seuatu yang ga beraturan atau kotor pasti akan marah karna klo dah kebiasaan hidup bersih...jadi maklumi aja

Posting Komentar

[ Full Page Comment Form ]

Maaf... karena banyak SPAMMER, terpaksa saya mengaktifkan MODERASI.
Ini adalah DOFOLLOW BLOG, setiap komen yg kamu tinggalkan, akan menjadi BACKLINK buat URL yg kamu sertakan, so... tinggalkan komen yg sesuai dengan TEMA, jangan NYEPAM..!!
Gunakan Name/URL biar lebih efektif. Jangan lupa pake http:// biar ndak BROKEN LINK.
Komentar APAPUN asal sopan dan punya aturan, PASTI saya terbitkan, KECUALI yg menyertakan LINK, akan langsung saya DELETE..!!

Back to TOP

 

Be A Great Person Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template