Biasanya, menjelang tahun baru seperti ini, kita pasti melakukan berbagai macam kegiatan untuk menyambutnya. Dan kegiatan tersebut tentunya ndak lepas juga dari upaya introspeksi diri dan harapan-harapan. Introspeksi diri itu dilakukan tentunya berkaitan dengan perbuatan-perbuatan di tahun lalu, apakah perbuatannya itu sudah bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat atau justru malah merugikan orang lain? Jika masih banyak merugikan orang lain, tentunya harus diperbaiki dong di tahun baru ini. Bukan malah merayakannya dengan tujuan hanya ingin bersenang-senang saja. Memang sih untuk memahami makna tahun baru, pada akhirnya harus dikembalikan juga ke diri kita masing-masing sebagai pencipta budaya itu sendiri.
Begitu juga ketika menjelang Tahun Baru Jawa (Suro), masyarakat Jawapun punya harapan-harapan yg lebih baik di tahun baru yg akan datang dan tentunya juga melakukan introspeksi terhadap tindakan-tindakannya di masa silam. Kegiatan-kegiatan yg berkaitan, baik menjelang maupun selama bulan Suro ini jelas tidak terlepas juga dari introspeksi dan harapan-harapan itu. Namun dalam perkembangannya sering mengalami pergeseran persepsi.
Bagi masyarakat Jawa, kegiatan menyambut bulan Suro ini sudah berlangsung sejak berabad-abad yg lalu. Dan kegiatan yg berulang-ulang tersebut akhirnya menjadi kebiasaan serta menjadi tradisi yg pasti dilakukan di setiap tahunnya. Itulah yg kemudian disebut budaya dan menjadi ciri khas bagi komunitasnya. Namun kalau dicermati, tradisi di bulan Suro yg dilakukan oleh masyarakat Jawa ini adalah sebagai upaya untuk menemukan jati dirinya agar selalu tetap eling lan waspodo.
Eling artinya harus tetap ingat siapa dirinya dan dari mana sangkan paraning dumadi (asal mulanya), menyadari kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dan tugasnya sebagai khalifah manusia di bumi, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Waspodo, artinya harus tetap cermat, terjaga, dan awas terhadap segala godaan yg sifatnya menyesatkan. Karena sebenarnya godaan itu bisa menjauhkan diri dari Sang Pencipta, sehingga dapat menyulitkan kita dalam mencapai manunggaling kawula gusti (bersatunya makhluk dan Sang Khalik).
Bulan Suro sebagai awal tahun Jawa, bagi masyarakatnya juga disebut bulan yg sangat sakral karena dianggap bulan yg suci atau bulan untuk melakukan perenungan, bertafakur, berintrospeksi, serta mendekatkan diri kepada Sang Khalik.
Cara yg dilakukan biasanya disebut dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu dengan hati yg ikhlas untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah esensi dari kegiatan budaya yg dilakukan masyarakat Jawa pada bulan Suro. Tentunya makna ini juga didapatkan ketika bulan Poso (Ramadhan, Tahun Hijriyah), khususnya yg memeluk agama Islam.
Lelaku yg dilaksanakan oleh masyarakat Jawa sebagai media introspeksi biasanya banyak sekali caranya. Ada yg melakukan lelaku dengan cara nenepi (meditasi untuk merenungi diri) di tempat-tempat sakral seperti di puncak gunung, tepi laut, makam para wali, gua dan sebagainya. Ada juga yg melakukannya dengan cara lek-lekan (berjaga semalam suntuk tanpa tidur hingga pagi hari) di tempat-tempat umum seperti di alun-alun, pinggir pantai, dan sebagainya.
Sebagian masyarakat Jawa lainnya juga melakukan cara sendiri yaitu mengelilingi benteng kraton sambil membisu.
Begitu pula untuk menghormati bulan yg sakral ini, sebagian masyarakat Jawa melakukan tradisi syukuran kepada Tuhan pemberi rejeki, yaitu dengan cara melakukan labuhan dan sedekahan di pantai, labuhan di puncak gunung, merti dusun atau suran, atau lainnya. Dan karena bulan Suro juga dianggap sebagai bulan yg baik untuk mensucikan diri, maka sebagian masyarakat lain, melakukan kegiatan pembersihan barang-barang berharga, seperti jamasan keris pusaka, jamasan kereta, pengurasan enceh di makam-makam, dan sebagainya. Ada juga yg melakukan kegiatan sebagai rasa syukur atas keberhasilan di masa lalu dengan cara pentas wayang kulit, ketoprak, nini thowok, dan kesenian tradisional lainnya. Apapun yg dilakukan boleh saja terjadi asal esensinya adalah dalam rangka perenungan diri sendiri (introspeksi) sebagai hamba Tuhan.
Namun akibat perkembangan zaman serta semakin heterogennya masyarakat suatu komunitas dan juga karena dampak dari berbagai kepentingan yg sangat kompleks, lambat laun banyak masyarakat terutama yg awam terhadap budaya tradisional, ndak lagi mengetahui dengan jelas di balik makna asal tradisi budaya bulan Suro ini. Mereka umumnya hanya ikut-ikutan, seperti beramai-ramai menuju pantai, mendaki gunung, bercanda ria sambil mengelilingi benteng, berbuat kurang sopan di tempat-tempat keramat dan sebagainya. Maka ndak heran jika mereka menganggap bahwa bulan Suro itu ndak ada bedanya dengan bulan-bulan yg lain.
Di sisi lain, ternyata kesakralan bulan Suro membuat masyarakat Jawa sendiri enggan untuk melakukan kegiatan yg bersifat sakral, misalnya hajatan pernikahan. Hajatan pernikahan di bulan Suro sangat mereka hindari. Entah kepercayaan ini muncul sejak kapan, saya juga ndak tahu. Namun yg jelas sampai sekarangpun mayoritas masyarakat Jawa ndak berani menikahkan anaknya di bulan Suro. Ada sebagian masyarakat Jawa yg percaya dengan cerita Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan yg konon ceritanya setiap bulan Suro, Nyi Roro Kidul selalu punya hajatan atau mungkin menikahkan anaknya (ndak ada yg tahu berapa jumlah anaknya) sehingga masyarakat Jawa yg punya gawe di bulan Suro ini diyakini penganten atau keluarganya ndak akan mengalami kebahagiaan atau selalu mengalami kesengsaraan, baik berupa tragedi cerai, gantung diri, meninggal, mengalami kecelakaan, atau lainnya. Entah kebenaran itu ada atau tidak, yg jelas masyarakat Jawa secara turun-temurun menghindari bulan Suro untuk menikahkan anak. Padahal bagi pemeluk agama Islam, dan mungkin juga pemeluk agama lain, bahwa semua hari dan bulan itu baik untuk melakukan kegiatan apapun termasuk menikahkan anak.
Aneh memang, itulah kepercayaan. Akankah masyarakat Jawa di masa mendatang punya cara lain lagi dalam memaknai bulan Suro ? Jawabannya ada pada anak cucu kita sebagai generasi penerus.
Sumber data : Seloka - Komunitas Seni Tradisi Indonesia, "SATU SURO TAHUN BARU JAWA" http://seloka.uni.cc/index.php?topic=234.0
57 komentar:
Tulisan mantap neh tentang 1 Syuro kang. Ya, banyak adat istiadat kita memiliki filosipi yang penuh makna. Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1431 H. Semoga hari esok yang sukses dan barokah menjadi milik kita semua.
Tulisan ini postingan terjadwal...
Anda sudah koment sesuai yang kuharapankan. Jadi anda bebas dari hukuman...
lengkap banget tulisannya, jadi makin tahu yang sering mereka lakukan dalam rangka instrospeksi diri. semoga tujuannya yang ini, bukan sekedar ikut-ikutan.
begitu awal mulanya orang jawa tidak menikahkah anaknya di bulan Sura ya?
terima kasih sudah berbagi.
saya kalau malam Satu suro dulu malam takut kang habis dulu ada film seram malam satu suro
selamat tahun baru, semoga kedepannya akan lebih baik lagi.
selamat tahun baru kang... aku taunya malem 1 suro dari film2 nya Susana sih, jadi agak ngeri tiap dibilang malam 1 suro... hehehehe
ternyata panjang juga yah kang cerita nya
aku aru tahu detail nih
hehehehe
yuk, liat ke gunung kawi, pasti rame tuh
hehehe
malem satu suro, hehehe
biasanyasih pada mau ngumbah keris hehehe
aku mah mandi aja udah cukup
met liburan aya ya kang
aku baru tau neh kang tentang kebiasaan masyarakat jawa saat menyambut satu suro,, nice post deh... ^^
nyi roro kidul penguasa laut selatan.......kang sugeng penguasa malam wkwkwkwkwkw!!!!!
eh saya punya pegawai kang orang jawa katanya sekarang ini harinya nyari wangsit katanya!!!!......tapi kalau dilihat dari kesakralannya kali aja bener nih dia!!!! saya gak terlalu tahu nih hehehehehe
Di tempat saya juga masih ada tradisi, tapi cuman kumpul2, lek2an sambil makan bubur Suro...
yup.. saya sendiri juga tinggal di Solo... dan setiap malam 1 Suro saya selalu meluangkan waktu untuk melihat ritual-ritual unik ini.. seperti kirab pusaka dan kebo kyai slamet.. serta merekamnya dalam kamera.. ^^
Satu suro sudah menjadi tradisi dijawa ya...
Selamat tahun baru hijriyah ,1 muharam 1431...
Di Ponorogo peringatan grebeg suro rame banget, di Madiun "ksatria" hitam merajalela turun di jalan tiap malaem suro
Wah, jangankan masyarakat Jawa, tetangganya Bali aja bedanya dua langit!
Kalau di Bali, bulan ini, pas tahun baru Islam ini lah.. pada rame-rame nikah, Kang..
Asyik si, sejarahnya, menambah ilmu kanuragan saya.. *jitak!
Iya, Kang.. lupa kasih tau kalo ada award yeee..?
Kan, Akang selalu mampir.. :)
(mesra amat???) *gampar*
nah itu film yang dibintangi suzana : malam 1 suro?
kok imagenya 1suro bisa demikian nakutin ya mas?
ga tau juga awal mulanya gimana tuh...
kalo satu suro kesannya angker ya mas. padahal itu mitos kan. hmm lebih ke pada yang religi aja deh. 1 muharram
selamat tahun baru ya mas
Larung sesaji ya kang?di sarangan (jatim) juga ada...tadi pagi tuh...sayange aq ga nonton.....
ya, itulah sebuah budaya...
selamat tahun baru Kang
hihihi...
baru tau kebudayaan 1 suro itu...
Tulisannya penuh informasi. Salam
ALRIS
ahiyaaaaaaaah.....gitu ye asal muasalnya
xixixiixixi
Memang kalau di dalami kegitan2 budaya seperti mengandung falsafah yang dalam ya kang..
selamat tahun baru 1431 H .. n sukses selalu ya
Postingannya dalam sekali kang .. kayak pakar budaya aja nih.. hehe
►Newsoul : amin, Selamat Tahun Baru 1Muharram 1431 H. juga Mbak
►Ivan@mobii : koq Ivan tau sih?
►narti : yup semoga ya Mbak
►sda :
betul sekali Mbak narti
►Munir Ardi : hahaha.. itu filmnya Suzana Bang
►sda : amin Mbak
►Ayas Tasli Wiguna : gak papa Mas, saya malah lebih suka sama bule, hahaha...
►ninneta : hehehe... ini juga saya dapet dari membaca koq Net
►yanuar catur rastafara : iya Mas Yan gunung kawi pasti rame bngt hari ini
►aaSlamDunk : hahaha... ngumbah kerinya dewe-dewe Mas
►Yolizz : yup, semoga bisa nambah pengetahuan kamu ya Yol
►jhoni : hahaha... wangsitnya udah dapat berapa piring Kang? Saya pesen ndak pake saos, hehee...
►marsudiyanto : kalo cuman kumpul2 dan lek2an aja kurang Pak
►Joddie : iya Mas, di Solo ritualnya memang kirab pusaka dan kebo kyai slamet.
►ateh75 : iya Teh
Selamat tahun baru hijriyah,1 muharam 1431 juga ya...
►Rosi aja : gitu ya Mbak..
►-Gek-on : kebalikannya Jawa ya Gek...
awardnya yg kemareen kan..? :)
►anindyarahadi : awal mulanya udah saya tulis tuh...
►bintang air : hehehe.. iya Mbak, selamat tahun baru juga
►Aditya's Blogsphere : iya larung sesaji di sarangan pasti rame
►secangkir teh dan sekerat roti : sippp...
►Clara : selamat tahun baru juga ya Non
►ALRIS : Trimakasih, salam kenal juga
►an4k`SinGKonG : hehehee iya Mas
►Saung Web : iya betul sekali Mas, selamat tahun baru juga buat kamu.
Biasanya 1 suro ini juga suka mandiin barang2 pusakan ya kang kaya kakeku dulu ya gitulah.. n kayaknya agak2 sakral gitu hehe
maaf baru mampir mas. aku baru tahu banyak nih tentang 1 suro setelah baca artikel ini.
wah terimakasih mas atas infonyah... tapi berhubung saya orang jawa...saya juga sedikit mempunyai kepercayaan di bulan suro... tentunya tanpa sedikitpun mengurangi kepercayaan saya terhadap TYME
numpang baca :D
Banyak budaya Nuantara dalam menyambut 1 Suro ya mas. Ini memperkaya hasanah budaya kita. Namun kemasannya harus tetap tidak menyimpang dari ajaran agama agar tak menjurus kearah musryik.
mantap mas reportasenya.
Salam hangat dari Galaxi.
Sharingnya menambah wawasan tentang makna suro bagi etnis jawa.
Mantap
makasi infonya, dhe jadi lebih tau suro itu apa. maklum sejak di semarang, dhe bingung [dhe kan asli aceh, di aceh ga da satu suro] yang ada prayaan satu muharram, kaya yasinan atau syukuran gt.
seLamat tahun baru isLam 1431H..,
sowry teLat...,
salam sejahtera
maaf yach pada dua komen sebelumnya sama percis karena saya ingin tahu komen saya diperhatikan ato tidak.eh..ternyata diperhatikan
terima kasih yach atas kritiknya
mengenai 1 syuro saya setuju bahwa semua hari iut baik untuk menikahkan anak
salam sejahtera
selamat tahun baru kang...1 Muharram 1431 H...moga ditahun depan segalanya lebih baik daripada tahun yang telah lewat......amiiennn
Selamat Tahun Baru 1431 Hijriyah, Kang. Semoga segala rencana dapat terlaksana dalam ridlo Allah swt. Amiiin ...
Dulu, saya menganggap Malam Satu Syuro identik dengan klenik, Kang, karena ketidaktahuan saya dan akibat judul film horor. Disini saya jadi tahu makna filosofi masyarakat Jawa. Terima kasih atas infonya, ya, Kang.
Sasi suro waktunya introspeksi. jadi sebaiknya jangan dipakai untuk mengadakan pesta.
Begitu yah....
pantesan kemarin bokap getoL bgt liat tayangan ditivi begitu liat ada perayaan malam satu Syuro di Keraton.
maklum bokap dah lama tinggal di jakarta semenjak 27 tahun lalu.
jadi dengan liat tayangan itu, yah sebagai ajang kangen2an ajah dengan perayaan itu.
Segala upaya telah dilakukan oleh para pemuka agama dan pemuka adat untuk menghormati Tahun Baru Hijriah atau kita kenal Bulan Suro... semoga tidak keluar dari tatanan dan semakin mempertebal keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa...
malem satu suro, tapa bisu dtempat tidur mas huehehe alias ngorok dgn suksesnya:p
hmmm
ternyata masih ada ritual2 kek gitu yaa
Orang-2 Jawa punya banyak tradisi, ritual dan filosofi...
Selamat Tahun Baru Muharram...
Sempat mengikuti perayaan Suro di Ponorogo tidak ya..? Setiap tahun Ponorogo selalu meriah perayaan 1 Suro-nya.
BTW, seneng sekali bisa mampir kesini...
aku pernah begadang mengikut acara 1 syuro di pantai parang tritis dan parang kusumo Jogja
ngantuk....
kenapa ya jadi di banjarmasin tidak ada perayaan suro seperti di Tempat mas...
aq 3 hari kemaren pergi ke desa untuk memperingati 1 suro di desa ibuku di kediri kang.... rameeee banget, nonton wayang, liat orang bawa tumpeng.... apa itu namanya arak-arakan.... hehehehe ^^
tanggal satu suro menonton kebu putih di solo? hehe.. di kasunan.. hehe..
pasti seru..
itu memang sudah adat atau kepercayaan bagi orang jawa..
tapi kalo saya memperingatinya yang tahun baru hijriah, atau tahun baru islam.
Banyak hal atau pelajaran ternyata terkandung di dalamnya.
Kang dah hari selasa! Kok blm update? #lemparpulsadollar
Di Kediri masih kental yang kayak gini mas, apalagi dipetilasannya Sri Aji Joyo Boyo. Tapi yg membuat tidak nyaman sekarang sudah banyak yg menyimpang ke arah syirik..
kembali pada tradisi adalah jawaban atas problematika saat ini yg begitu kompleks, rumit..mit..mit...
good post sob..
o gitutoh sejarahnya. kyk judul film Suzanna ya.malam 1 suro.
kang sugeng, ada buku khusus yang bisa di jadiin referensi tentang bahasan sejarah lahirnya budaya satu suro di masyarakat jawa ga ya? kalau ada, kira-kira nama bukunya apa? TQ..
duh sayang sekali makanannya dibuang ke laut
Posting Komentar
[ Full Page Comment Form ]Maaf... karena banyak SPAMMER, terpaksa saya mengaktifkan MODERASI.
Ini adalah DOFOLLOW BLOG, setiap komen yg kamu tinggalkan, akan menjadi BACKLINK buat URL yg kamu sertakan, so... tinggalkan komen yg sesuai dengan TEMA, jangan NYEPAM..!!
Gunakan Name/URL biar lebih efektif. Jangan lupa pake http:// biar ndak BROKEN LINK.
Komentar APAPUN asal sopan dan punya aturan, PASTI saya terbitkan, KECUALI yg menyertakan LINK, akan langsung saya DELETE..!!